Selasa, 12 Juli 2016

Barapan Kebo Ciri Khas Budaya Sumbawa

Standard
kerbau karapan berjejer di garis start
Kerbau merupakan hewan yang paling penting bagi masyarakat sumbawa yang mayoritasnya merupakan masyarakat agraris. Kerbau atau dalam bahasa sumbawa “kebo” tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Kerbau yang lamban sangat diandalkan sebagai hewan penghela, terutama digunakan untuk membajak dan mengangkut hasil bumi. Selain menjadi hewan penghela, kerbau juga menjadi daging konsumsi yang umum selain sapi, kambing dan ayam. Tetapi karena tingkat reproduksinya yang lambat (satu atau lebih anak dalam tiga tahun atau lebih), membuat petani enggan menyembelih hewan pembajak yang sangat penting ini. 

persiapan pelepasan kerbau
Uniknya, bagi masyarakat sumbawa selain dimanfaatkan sebagai hewan penghela, kerbau juga dijadikan sebagai salah satu permainan adat sumbawa yang dikenal sebagai karapan kerbau.
Karapan kerbau atau “barapan kebo” merupakan permainan rakyat yang hanya ada dikabupaten sumbawa dan sumbawa barat. Tradisi ini digelar masyarakat suku samawa setiap menjelang musim tanam. Awalnya, tradisi ini dilaksanakan sebagai penghibur ketika musim hujan tiba yang selalu diikuti dengan musim tanam padi.
kerbau melaju kearah tiang saka
proses balapan
Barapan kebo ini dilakukan bukan seperti pacuan kuda yang dalam tiap rondenya beradu lari, namun dalam barapan kebo ini sepasang kerbau secara bergiliran melakukan sprint dari garis start ke garis finish. Dikatakan sepasang karena terdiri dari dua kerbau yang sama besar dan sama kekuatan larinya kemudian diikatkan pada “noga” (terbuat dari kayu). Sepasang kerbau ini dikendalikan oleh seorang pengendara / joki yang berdiri diatas “kareng” (kayu pijakan) yang salah satu ujungnya terikat dengan noga. 
Garis start tidak ada bedanya dengan garis start pada lomba lari, yang berbeda adalah garis finish. ada semacam tiang / tongkat yang ditancapkan di tengah sawah dan itu yang harus ditabrak sebagai garis finish, namanya adalah tiang saka. Yang merobohkan saka dan yang memiliki waktu yang tercepat yang tampil sebagai pemenang. Namun perlombaan ini selalu dikaitkan dengan mistis, setiap peserta lomba membawa “sandro” (dukun) untuk mengalahkan pesaing dan juga untuk memudahkan kerbau menabrak tiang saka, dikarenakan tiang saka dijaga oleh sandro dari pihak panitia yang bertujuan untuk menyulitkan kerbau saat melaju dan menargetkan tiang saka. 
proses balapan
Dalam perlombaan, kerbau akan dipisahkan berdasarkan besar dan usia kerbau, mulai kelas TK sampai kelas dewasa. Umur kerbau biasa mulai dari 1 tahun hingga 5 tahun atau ketika kerbau telah menapaki usia dewasa. 
Kerbau balap tidaklah sembarangan. Kerbau-kerbau ini memiliki ciri khusus berupa pusaran pada bulunya. Pusaran tersebut jumlahnya seimbang pada bagian tubuh kerbau misalnya dua pusaran dibagian kiri dan dua pusaran dibagian kanan. Kepala kerbau selalu memandang tegak kedepan dan tanduk kerbau tumbuh sempurna melengkung keatas. 
kerbau yang siap untuk mengikuti lomba

persiapan sebelum lomba
Arena barapan kebo adalah di areal sawah warga desa dengan kondisi becek dan digenangi air, luasnya sekitar 3 petak sawah. Sebelum digunakan sawah-sawah ini sudah dipersiapkan 1 atau 2 hari sebelumnya. Area lintasan barapan kebo biasanya dibersihkan dahulu agar memudahkan proses balapan. Disekitaran area barapan kerbo juga biasanya berada didekat kali atau sungai, itu memudahkan pemilik kerbau untuk membersihkan kerbau serta membersihkan badan mereka setelah selesai melakukan balapan. Lokasi juga selalu berada didekat jalan raya, itu bertujuan agar memudahkan peserta maupun penonton menuju lokasi. Disekitaran area barapan juga dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai tempat melakukan transaksi jual beli. berbagai macam jenis makanan dan minuman disediakan ditempat ini. Para pedagang mengaku mendapatkan omzet yang lebh besar dari hari-hari biasa.. 
arena karapan kerbau
Lokasi barapan kebo ini tidak ditentukan karena merupakan permainan rakyat, biasanya desa yang menjadi lokasi permainan adalah dusun pemulung, dusun batu alang, desa olat rawa, desa mapin kebak, dan desa-desa lainnya. 
kerbau dimandikan dahulu sebelum berlomba
Saya berhasil menyaksikan tradisi budaya Sumbawa ini didesa olat rawa, yang pelaksanaan kegiatan adalah dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan pada tanggal 05 juni 2016. Sungguh suatu tradisi yang wajib dilestarikan dan dikembangkan agar dijadikan sebagai salah satu sajian pariwisata di kabupaten Sumbawa, dan bagi masyarakat Sumbawa (tau samawa) menjadi pengetahuan akan budaya lokal kabupaten Sumbawa. 
barang elektronik yang menjadi hadiah bagi pemenang karapan kerbau

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts