Rabu, 08 Maret 2017

Air Terjun Lampas Pasan

Standard
Perjalanan kali ini ibarat mengulang sejarah, karena mengingatkan kembali akan kunjungan pertama saya ke dam mamak. dahulu kala (yaelaaahh) dengan ditemani beberapa sahabat, saya mengunjungi sebuah destinasi baru yaitu Air Terjun Mama. namun, bukan berarti saya akan mengulas kembali cerita masa-masa itu, karena yang menjadi topik saya saat ini adalah sebuah destinasi baru yang lebih emejing, lebih menantang dan lebih seru lagi, penasaran kan...ayo dilanjutkan membacanya.....
Air terjun Lampas Pasan
disini saya akan memperkenalkan beberapa sahabat baru yang mana sahabat ini tergabung dalam sebuah komunitas yang tergolong baru, namun anggotanya lama semua, ckckckkc.... komunitas yang saya maksudkan adalah komunitas wisata di kab.sumbawa yaitu "Lampak Adventure". nah melalui komunitas inilah saya mendapatkan informasi mengenai daerah tujuan wisata baru yang sedang viral. komunitas ini dalam melakukan suatu kunjungan wisata, selalu mengagendakan dan mengundang anggota aktif maupun tidak aktif serta siapapun yang ingin ikut untuk turut berpartisipasi. jangan takut mengenai biaya, karena komunitas ini mengutamakan sharing cost, dan sangat berguna sekali untuk meminimalkan biaya yang cukup besar.
Air terjun Lampas Pasan
waktu dan tanggal pun ditetapkan, persiapan dilakukan malam harinya guna memantapkan jalannya kegiatan. akan tetapi, disini lah sebenarnya kegundahan saya mulai muncul. kan saya ini sebenarnya masih awam mengenai tata cara komunitas ini, saya mencoba ikut nangkring dengan mereka. namun yang terjadi malah saya kebingungan dengan lokasi tongkrongan mereka yang pada akhirnya saya pun gagal berkumpul sehingga informasi mengenai trip air terjun lampas pasan pun sangat minim. hal yang sama pun saya rasakan dihari H nya, informasi yang menyebutkan lokasi berkumpulnya di Lapangan Pahlawan kota sumbawa dengan waktu yang sudah dijadwalkan malah molor (ngareeet), dan yang membuat semakin kesalnya adalah, semula jumlah yang akan berkumpul di LP (lapangan pahlawan) sekitar belasan orang, malah yang ada hanya 7 orang, mereka yang tidak hadir ini tanpa ada komunikasi sedikitpun ibarat kata, mereka ditelan bumi, argghhhhh.. Akhirnya keberangkatan kami pun mundur 1 jam, yaa lumayan lama lahh....demi menunggu sesuatu yang tidak pasti.
ruta jalan darat , ditengah hutan lindung
Dam mamak merupakan lokasi yang akan menjadi start point, dimana dam mamak berada di desa mama, Kecamatan Lopok, Sumbawa besar. disini kami mulai berdiskusi mengenai biaya yang akan dikeluarkan, mengingat air terjun pasan terbilang masih perawan dan berada dihutan belantara, sehingga mewajibkan kami untuk menyewa penduduk lokal sebagai porter (pengantar) nah kebetulan rute yang akan dilalui adalah sungai dam mamak dan harus menggunakan perahu, kebetulannya bertambah lagi, pemilik perahu mengetahui lokasi pasti air terjun sehingga lengkaplah pemilik perahu sekaligus menjadi porter. biaya pun kami fix-kan. memang beberapa sahabat menanyakan mengapa biayanya tidak di tetapkan terlebih dulu, menurut tim Lampak Adventure memang disengaja, tujuannya agar biaya tersebut benar-benar transparan (no pungli).
Rute air, Rombongan menggunakan perahu
untuk menuju air terjun lampas pasan, akan melalui dua jenis rute yaitu pertama, pengunjung akan menggunakan jasa perahu dengan lama perjalanan sekitar 1 jam. selama perjalanan, pengunjung dimanjakan dengan pemandangan hutan yang masih rimbun dan alami, terlihat jelas barisan gunung-gunung dengan karakter yang berbeda-beda , sesekali ikan-ikan di perairan ini bermunculan kepermukaan, seolah-olah menyambut kami dengan sedikit atraksinya, bukan hanya dari perairan saja, burung-burung pun seolah tidak mau kalah, mereka bermunculan dari pepohonan dan terbang disekitaran dam. berbagai jenis burung yang bisa ditemui. tingkah mereka ini menimbulkan gejolak dalam fikiran saya, terbangnya mereka apa karena ingin menyambut kami atau karena ketakutan melihat rombongan kami, apa dikiranya kami ini pemburu liar, entahlah...
Kekompakan kami saat menyebrangi sungai yang agak deras

rute berikutnya yaitu rute yang akan menguras tenaga pengunjung, lah..kok gitu yaa..??? begini, perjalanan yang akan kami tempuh yaitu berjalan kaki menyusuri hutan lindung dan masih perawan melalui jalan setapak, kondisi jalannya benar-benar minim, jejak langkah kaki pun sangat jarang ditemui, memang sih ada jejak-jejak sebelumnya. menurut informasi jejak tersebut biasa dilalui oleh pencari madu hutan dan pemburu rusa / ngayang (berburu tradisional ala budaya samawa) yang arahnya tidak jelas, nah jika jejak ini diikuti oleh pengunjung, bisa-bisa pengunjung tersesat dan alih-alih menuju air terjun pun berujung pada penderitaan dan ketidakjelasan (singkatnya nyasar) hehehe. tapi jangan kawatir, disinilah fungsi dari porter mengantar pengunjung ketujuan tanpa tersesat, yakinlah mereka sudah ahlinya kok. wong mereka yang punya area. waktu tempuh perjalanan adalah sekitar 2 jam untuk ukuran biasa, namun jika terdapat pengunjung jenis "nona-nona rempong atau om-om selfong" lain lagi ceritanya.... ya seperti kami, target jalan yang 2 jam malah meleset 3 jam. padahal kalau dilihat dari kondisi jalan, bisa dibilang tidak ada tanjakan ataupun turunan, jadi medannya cukup mudah, memang sih kami beberapa kali melewati aliran sungai yang arusnya lumayan deras. tapi kami berhasil melewatinya berkat kekompakan dan perjuangan demi mencapai cita-cita (air terjun lampas pasan).
Menyebrangi sungai sebanyak 4 kali
setiba di air terjun lampas pasan, awan pun menumpahkan butir-butir air ke permukaan bumi, memaksa kami untuk berteduh dan menunda hasrat untuk bercengkrama dengan air terjun. tapi apalah daya, hasrat tak bisa menahan gejolak dan gerak, tak perduli dengan cuaca sekitar, tak perduli dengan teguran dari porter yang kawatir akan keselamatan pengunjung, tak peduli dengan kondisi badan yang mulai lelah dan tak perduli dengan perut yang mulai keroncongan, kami berbondong-bondong memilih posisi yang pas dan tepat, bukan untuk berbaris atau mengantri sembako, tak lain hanya untuk berfoto ria, mengabdikan setiap detik waktunya bersama teman dan kamera ponsel. tingkah kami ini beralasan, saking senang, gembira dan bahagia serta terpesona akan keindahan air terjun lampas pasan ini, membuat kami lupa akan keselamatan. kami bersyukur, sang pencipta masih memberikan keselamatan dan lindungan-Nya sehingga tak kurang suatu apapun. sungguh prilaku yang sangat tidak pantas untuk ditiru, semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua, untuk tetap mengutamakan keselamatan.
Foto bareng komunitas Lampak Adventure
karakter dari air terjun lampas pasan adalah memiliki ketinggian sekitar 40 meter, disekitaran air terjun terdapat bebatuan yang cukup besar dan agak licin, adanya tiu (kolam alami) dibawah air terjun bisa dimanfaatkan sebagai tempat mandi dan berenang, tepat didepan air terjun berdiri kokoh batu yang cukup besar dan bisa dimanfaatkan sebagai tempat berfoto, ada juga batu disamping air terjun yang mana dari atas batu inilah beberapa pengunjung pun bisa melompat ke tiu (kolam alami). sisi kiri dan kanan dikelilingi oleh tebing yang cukup tinggi, ditambah dengan rindangnya pepohonan. sungguh tempat yang sangat luar biasa menurut saya, jika air terjun ini bisa dikelola dan dijadikan sebagai destinasi wisata di kab.sumbawa. pesona keindahan air terjun pasan ini layaknya obat penenang akan gundah gulana saya yang pada awalnya gegana (gelisah, galau, merana) pun berakhir dengan perasaan takjub. serasa kayak film ditivi-tivi perjalanan saya itu mengangkat cerita Happy Ending.
Maps dam Mamak
bagi pengunjung yang hendak ke air terjun pasan, diharapkan untuk memanage waktu sebaik mungkin, karena jika di akumulasi waktu yang dihabiskan dalam perjalanan terhitung dari sumbawa kota yaitu, sumbawa-dam mamak 45 menit (pulang-pergi 1 jam 30 menit), jalur air (via perahu) 1 jam (pulang-pergi 2 jam), jalur darat (jalan kaki) 2 jam (pulang-pergi 4 jam). jadi total waktu yang dihabiskan untuk perjalanan saja sekitar 7 jam 30 menit. tersisa waktu maksimal untuk menikmati pesona air terjun pasan adalah sekitar 2 jam. hitungan tersebut berdasarkan waktu kunjungan 9 jam dengan tracking normal. nah jika trackingnya berjalan ibaratkan pergerakan siput (lambat), bisa dihitung sendiri berapa lamanya waktu bercengkarama dengan air terjun lampas pasan. yang pasti dari pihak porter melarang keras jika waktu pulang dibawah jam 5 sore (posisi sudah didam mamak). 
note: hitungan berdasarkan pengalaman pribadi.

Kamis, 02 Maret 2017

Lantung dan Panoramanya

Standard


Selama ini saya mengenal kecamatan lantung seperti kebanyakan kecamatan lainnya, yaitu sebuah kecamatan yang berada dipedalaman, yang mayoritas masyarakat petani, keberadaan yang terisolir, akses jalan yang rusak, dsb.
Lutuk kebo kerong
namun akhir-akhir ini saya mulai tertarik dengan kecamataan ini, bermula ketika sumbawa di ramaikan dengan batu akik, saya sering mendengar informasi bahwa didaerah lantung masyarakat bisa memperoleh beragam jenis batu akik yang khas, sehingga para pecinta batu akik banyak yang menuju ke lantung untuk berburu batu akik. yah karena saya yang mungkin bukan pecinta batu akik, menunda keinginan untuk mengunjungi kecamatan lantung. ketertarikan mulai muncul ketika melihat sebuah atraksi di festimal moyo (festival sumbawa) dari kecamatan lantung menampilkan “adat ngayang” yang sebelumnya nya saya tidak pernah sama sekali menyaksikan salah satu kegiatan budaya ini, padahal saya sendiri adalah asli “tau samawa”. namun lagi-lagi keinginan itu tertunda dikarenakan kurangnya informasi mengenai lokasi pemukiman, lalu lintas, dan tidak adanya kerabat yang berdomisili dilantung yang mungkin bisa memandu atau sebagai persinggahan sementara saat berada disana.
area persawahan , namun tertutup kabut
Akhirnya kesempatan untuk mengunjungi kecamatan lantung terbuka lebar. dengan diadakannya sebuah acara yaitu “lantung camp” yang diselenggarakan oleh sebuah komunitas wisata sumbawa “Lampak Adventure” dan “pokdarwis” kecamatan lantung, dalam rangka memperkenalkan potensi alam lantung, saya diperbolehkan untuk bergabung dan ikut berpartisipasi.

Acara tersebut diadakan bertepatan dengan tahun baru imlek, ini mungkin sebuah kebetulan bahwa disetiap musim imlek disumbawa selalu dibarengin dengan hujan yang cukup deras biasanya 1-2 hari lamanya. mungkin karena rasa penasaran yang telah terpendam cukup lama membuat tekad untuk mengunjungi lantung sangat besar, tak peduli dengan faktor cuaca yang memang tidak mendukung, bahkan sampai-sampai ada beberapa teman yang menganggap saya itu gila, nekat berkemah disaat musim hujan.
Lutuk Kuang Rango
Aksi nekat tersebut terbayarkan dengan apa yang saya peroleh. ternyata, lantung itu sangat jauh seperti apa yang pernah terbayangkan. selama perjalanan, mata tak pernah berkedip menyaksikan keindahan alam yang begitu asri, bayangkan saja dengan kondisi jalan yang menanjak dan berkelok-kelok, disisi jalan ditumbuhi pepohonan yang rindang, besar, dan bahkan kita dapat melihat hamparan persawahan dengan background gunung ditutupi oleh kabut. dibeberapa lintasan kabut pun bertebaran dijalan sehingga menutupi pandangan. ibarat kata, saya itu merasa berada di perkampungan atas awan (negeri atas awan).
Lutuk Kuang Rango
Hal pertama yang saya rasakan ketika tiba dipemukiman warga adalah saya benar-benar terkagum-kagum. memang bentuk rumah warga sudah banyak yang berubah, sangat jarang ditemui rumah-rumah tradisional namun yang sangat menarik menurut saya adalah keramahan dan kearifan lokal yang begitu kental dan masih terjaga. dari cara mereka menyapa, tutur kata dan cara bersikap benar-benar sesuatu yang luar biasa.

Tidak hanya kearifan lokal, di kecamatan lantung memiliki potensi wisata dengan paket komplit menurut saya. bagi pungunjung yang suka berkemah di pegunungan dengan pemandangan alam yang luas, kecamatan lantung mewujudkan keinginan tersebut dengan adanya lokasi wisata “Lutuk Kebo Kerong”. lokasi ini menawarkan hamparan rumput yang luas disertai dengan bukit-bukit. keberadaannya yang tinggi menciptakan pemandangan dikawasan ini sangat menakjubkan, pengunjung bisa melihat deretan gunung dengan ditutup kabut, hutan lindung dan bahkan ketika pagi hari, berbagai jenis burung beterbangan disekitaran lokasi ini. selain itu, jika kondisi angin dilokasi ini bersahabat (tidak kencang), lokasi perkemahan akan ditutupi kabut sepanjang malam hingga pagi hari.
Ar terjun lampas Sepukur
Selain pesona “lutuk kebo kerong”, potensi wisata yang disajikan oleh kecamatan lantung adalah air terjun “Lampas Sepukur”. air terjun ini tidak jauh dari wisata “lutuk kebo kerong”. air terjun ini sangat mudah diakses, lokasi yang +- 200 meter dari jalan raya membuat mudahnya mengunjungi air terjun ini. tinggi air terjun sekitar 20 meter, dengan pemandangan alam yang asri dan hamparan sawah. air terjun ini aman bagi pengunjung yang hendak mandi dibawah air terjun, bagi pengunjung yang ingin berselfi ditengah air terjun juga bisa dilakukan namun tidak dianjurkan mengingat kesalamatan yang lebih diutamakan. selain air terjun lampas sepukur adapula air terjun lainnya yaitu “lampas perung” yang menurut informasi lebih bagus dan lebih tinggi dari “lampas sepukur”. sayangnya karena keterbatasan waktu saya tidak sempat mengunjungi air terjun ini.

lokasi perkemahan

Dari semua keindahan yang ada dikecamatan lantung, pengunjung memang akan sedikit mengalami kesulitan, yaitu saat mengunjungi air terjun. akses jalan yang belum dibuka (masih melalui sawah warga) sehingga menyulitkan saat kunjungan, dan juga tidak adanya tangga untuk turun menuju air terjun, membuat pengunjung harus ekstra berhati-hati.

Secara administratif, kecamatan lantung berada di kabupaten sumbawa bagian selatan dari kota sumbawa, yang memiliki jalur yang sama dengan kecamatan ropang. untuk menuju kecamatan lantung, ada dua jalur alternatif. pertama melalui jalur kecamatan moyo hulu yaitu sebasang-batu tering-lito. dan jalur kedua melalu kecamatan lopok yaitu langam - pungkit. kondisi jalan masing-masing rute sudah memadai dan sangat mudah dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. namun ada perbedaan jarak maupun waktu tempuhnya, jika melalui kecamatan moyo hulu, akan memakan waktu sekitar 1 jam 40 menit atau 60 km, sedangkan apabila melalui jalur kecamatan lopok, akan memakan waktu kira-kira 1 jam 30 menit atau 56 km. 

Popular Posts