Perjalanan kali ini ibarat mengulang sejarah, karena mengingatkan kembali akan kunjungan pertama saya ke dam mamak. dahulu kala (yaelaaahh) dengan ditemani beberapa sahabat, saya mengunjungi sebuah destinasi baru yaitu Air Terjun Mama. namun, bukan berarti saya akan mengulas kembali cerita masa-masa itu, karena yang menjadi topik saya saat ini adalah sebuah destinasi baru yang lebih emejing, lebih menantang dan lebih seru lagi, penasaran kan...ayo dilanjutkan membacanya.....
disini saya akan memperkenalkan beberapa sahabat baru yang mana sahabat ini tergabung dalam sebuah komunitas yang tergolong baru, namun anggotanya lama semua, ckckckkc.... komunitas yang saya maksudkan adalah komunitas wisata di kab.sumbawa yaitu "Lampak Adventure". nah melalui komunitas inilah saya mendapatkan informasi mengenai daerah tujuan wisata baru yang sedang viral. komunitas ini dalam melakukan suatu kunjungan wisata, selalu mengagendakan dan mengundang anggota aktif maupun tidak aktif serta siapapun yang ingin ikut untuk turut berpartisipasi. jangan takut mengenai biaya, karena komunitas ini mengutamakan sharing cost, dan sangat berguna sekali untuk meminimalkan biaya yang cukup besar.
Air terjun Lampas Pasan |
Dam mamak merupakan lokasi yang akan menjadi start point, dimana dam mamak berada di desa mama, Kecamatan Lopok, Sumbawa besar. disini kami mulai berdiskusi mengenai biaya yang akan dikeluarkan, mengingat air terjun pasan terbilang masih perawan dan berada dihutan belantara, sehingga mewajibkan kami untuk menyewa penduduk lokal sebagai porter (pengantar) nah kebetulan rute yang akan dilalui adalah sungai dam mamak dan harus menggunakan perahu, kebetulannya bertambah lagi, pemilik perahu mengetahui lokasi pasti air terjun sehingga lengkaplah pemilik perahu sekaligus menjadi porter. biaya pun kami fix-kan. memang beberapa sahabat menanyakan mengapa biayanya tidak di tetapkan terlebih dulu, menurut tim Lampak Adventure memang disengaja, tujuannya agar biaya tersebut benar-benar transparan (no pungli).
untuk menuju air terjun lampas pasan, akan melalui dua jenis rute yaitu pertama, pengunjung akan menggunakan jasa perahu dengan lama perjalanan sekitar 1 jam. selama perjalanan, pengunjung dimanjakan dengan pemandangan hutan yang masih rimbun dan alami, terlihat jelas barisan gunung-gunung dengan karakter yang berbeda-beda , sesekali ikan-ikan di perairan ini bermunculan kepermukaan, seolah-olah menyambut kami dengan sedikit atraksinya, bukan hanya dari perairan saja, burung-burung pun seolah tidak mau kalah, mereka bermunculan dari pepohonan dan terbang disekitaran dam. berbagai jenis burung yang bisa ditemui. tingkah mereka ini menimbulkan gejolak dalam fikiran saya, terbangnya mereka apa karena ingin menyambut kami atau karena ketakutan melihat rombongan kami, apa dikiranya kami ini pemburu liar, entahlah...
Kekompakan kami saat menyebrangi sungai yang agak deras |
rute berikutnya yaitu rute yang akan menguras tenaga pengunjung, lah..kok gitu yaa..??? begini, perjalanan yang akan kami tempuh yaitu berjalan kaki menyusuri hutan lindung dan masih perawan melalui jalan setapak, kondisi jalannya benar-benar minim, jejak langkah kaki pun sangat jarang ditemui, memang sih ada jejak-jejak sebelumnya. menurut informasi jejak tersebut biasa dilalui oleh pencari madu hutan dan pemburu rusa / ngayang (berburu tradisional ala budaya samawa) yang arahnya tidak jelas, nah jika jejak ini diikuti oleh pengunjung, bisa-bisa pengunjung tersesat dan alih-alih menuju air terjun pun berujung pada penderitaan dan ketidakjelasan (singkatnya nyasar) hehehe. tapi jangan kawatir, disinilah fungsi dari porter mengantar pengunjung ketujuan tanpa tersesat, yakinlah mereka sudah ahlinya kok. wong mereka yang punya area. waktu tempuh perjalanan adalah sekitar 2 jam untuk ukuran biasa, namun jika terdapat pengunjung jenis "nona-nona rempong atau om-om selfong" lain lagi ceritanya.... ya seperti kami, target jalan yang 2 jam malah meleset 3 jam. padahal kalau dilihat dari kondisi jalan, bisa dibilang tidak ada tanjakan ataupun turunan, jadi medannya cukup mudah, memang sih kami beberapa kali melewati aliran sungai yang arusnya lumayan deras. tapi kami berhasil melewatinya berkat kekompakan dan perjuangan demi mencapai cita-cita (air terjun lampas pasan).
setiba di air terjun lampas pasan, awan pun menumpahkan butir-butir air ke permukaan bumi, memaksa kami untuk berteduh dan menunda hasrat untuk bercengkrama dengan air terjun. tapi apalah daya, hasrat tak bisa menahan gejolak dan gerak, tak perduli dengan cuaca sekitar, tak perduli dengan teguran dari porter yang kawatir akan keselamatan pengunjung, tak peduli dengan kondisi badan yang mulai lelah dan tak perduli dengan perut yang mulai keroncongan, kami berbondong-bondong memilih posisi yang pas dan tepat, bukan untuk berbaris atau mengantri sembako, tak lain hanya untuk berfoto ria, mengabdikan setiap detik waktunya bersama teman dan kamera ponsel. tingkah kami ini beralasan, saking senang, gembira dan bahagia serta terpesona akan keindahan air terjun lampas pasan ini, membuat kami lupa akan keselamatan. kami bersyukur, sang pencipta masih memberikan keselamatan dan lindungan-Nya sehingga tak kurang suatu apapun. sungguh prilaku yang sangat tidak pantas untuk ditiru, semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua, untuk tetap mengutamakan keselamatan.
karakter dari air terjun lampas pasan adalah memiliki ketinggian sekitar 40 meter, disekitaran air terjun terdapat bebatuan yang cukup besar dan agak licin, adanya tiu (kolam alami) dibawah air terjun bisa dimanfaatkan sebagai tempat mandi dan berenang, tepat didepan air terjun berdiri kokoh batu yang cukup besar dan bisa dimanfaatkan sebagai tempat berfoto, ada juga batu disamping air terjun yang mana dari atas batu inilah beberapa pengunjung pun bisa melompat ke tiu (kolam alami). sisi kiri dan kanan dikelilingi oleh tebing yang cukup tinggi, ditambah dengan rindangnya pepohonan. sungguh tempat yang sangat luar biasa menurut saya, jika air terjun ini bisa dikelola dan dijadikan sebagai destinasi wisata di kab.sumbawa. pesona keindahan air terjun pasan ini layaknya obat penenang akan gundah gulana saya yang pada awalnya gegana (gelisah, galau, merana) pun berakhir dengan perasaan takjub. serasa kayak film ditivi-tivi perjalanan saya itu mengangkat cerita Happy Ending.
Maps dam Mamak |
bagi pengunjung yang hendak ke air terjun pasan, diharapkan untuk memanage waktu sebaik mungkin, karena jika di akumulasi waktu yang dihabiskan dalam perjalanan terhitung dari sumbawa kota yaitu, sumbawa-dam mamak 45 menit (pulang-pergi 1 jam 30 menit), jalur air (via perahu) 1 jam (pulang-pergi 2 jam), jalur darat (jalan kaki) 2 jam (pulang-pergi 4 jam). jadi total waktu yang dihabiskan untuk perjalanan saja sekitar 7 jam 30 menit. tersisa waktu maksimal untuk menikmati pesona air terjun pasan adalah sekitar 2 jam. hitungan tersebut berdasarkan waktu kunjungan 9 jam dengan tracking normal. nah jika trackingnya berjalan ibaratkan pergerakan siput (lambat), bisa dihitung sendiri berapa lamanya waktu bercengkarama dengan air terjun lampas pasan. yang pasti dari pihak porter melarang keras jika waktu pulang dibawah jam 5 sore (posisi sudah didam mamak).
note: hitungan berdasarkan pengalaman pribadi.