Festival moyo merupakan event tahunan untuk mempromosikan pariwisata Sumbawa sekaligus sebagai wadah untuk memperkenalkan berbagai sektor bisnis dan peluang investasi disumbawa yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) . festival moyo dimeriahkan dengan parade budaya yang menampilkan berbagai warisan seni dan budaya masyarakat adat Sumbawa. Selain parade budaya festival moyo juga menampilkan berbagai kegiatan menarik lainnya, seperti pentas seni tari dan musik adat Sumbawa, pameran ( kegiatan pemerintah, hasil bumi, kerajinan khas Sumbawa & UKM Sumbawa ) , permainan tradisi Sumbawa ( barapan kebo dan main jaran ) dan perlombaan lainnya.
Untuk parade budaya dan pentas seni tari dan musik Sumbawa, setiap kecamatan di kabupaten Sumbawa wajib menampilkan kesenian khas Sumbawa. Tak ayal kegiatan ini dihadiri oleh ribuan masyarakat Sumbawa, bahkan pengunjung dari luar Sumbawa pun berbondong – bondong datang ke Sumbawa untuk ikut menyaksikan berlangsungnya kegiatan, bahkan ikut andil dalam memeriahkan festival moyo.
LABANGKA
Camat Labangka Bp. Hartono, S.Sos (kiri) |
Kecamatan Labangka merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Sumbawa Besar. Yaitu di wilayah bagian timur kabupaten Sumbawa Besar. Lokasi yang begitu dekat dengan pantai membuat kecamatan labangka dijadikan tujuan wisata oleh wisatawan. Ada banyak lokasi wisata yang bisa dikunjungi, beberapa diantaranya yaitu Pantai Boro dan Pantai Liang Dewa.
Kecamatan labangka terdiri dari 5 kelurahan yaitu, Kelurahan Suka Mulya (Labangka 3), kelurahan Labangka (Labangka 1), kelurahan Suka Damai (Labangka 4), Kelurahan Sekokat (Labangka 2) dan Kelurahan Jaya Makmur (Labangka 5). Kecamatan labangka pada awalnya merupakan daerah transmigrasi, karena itulah penduduk dari kecamatan labangka terdiri dari beberapa suku, yaitu suku samawa, suku sasak,suku bali, suku mbojo dan suku jawa.
Pada festival moyo tahun ini (2015) yang dimulai pada hari sabtu 11 September 2015, kecamatan labangka ikut andil dalam kegiatan parade budaya. Dengan dipimpin langsung oleh Camat Labangka yaitu Bapak Hartono,S.Sos beserta istri dan ibu – ibu PKK se-Kecamatan labangka, dan beberapa perwakilan lainnya. Maka dibentuklah regu untuk mengikuti parade budaya tersebut. Adapun tema adat Sumbawa yang ditampilkan oleh kecamatan labangka adalah MATA RAME.
Tema ini sesuai dengan daerah kecamatan labangka yang mayoritas penduduknya bekerja dibidang pertanian.
MATA RAME
Pawai Budaya Festival Moyo Kecamatan Labangka |
Mata rame dalam bahasa Indonesia diartikan “panen ramai” yaitu kegiatan menuai padi secara beramai – ramai dan bergotong royong. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mempererat tali silahturrahmi antar warga terlebih lagi antar petani dan juga agar proses panen lebih cepat selesai sehingga lebih menghemat waktu kerja.
Mata rame mencerminkan sosial dan azas kekeluargaan dan merupakan ciri khas masyarakat agraris.
Mata rame lebih mengutamakan pada tolong menolong. Tolong menolong dalam pertanian adat Sumbawa juga disebut dengan“nulong” dan “basiru”.
Nulung adalah kerjasama tolong menolong dengan balas jasa, misalnya dalam menuai padi, setelah selesai maka penulung (sebutan orang yang nulung) mendapatkan padi atau sejumlah uang sesuai dengan jumlah yang disepakati sebelumnya. adapun padi atau uang tersebut sebagai imbalan jasa.
Pawai Budaya Festival Moyo Kecamatan Labangka |
Basiru merupakan kerjasama tolong menolong dengan balas jasa, namun tanpa menggunakan uang maupun padi, melainkan dengan balasan tenaga pula. Misalkan A melakukan basiru kepada B, maka jika dikemudian hari A melakukan mata (panen) maka B wajib membantu A sebagai bayaran atas jasa yang telah disumbangkan oleh A tersebut sebelumnya, unik bukan…….
Berikut penggalan syair dalam bahasa Sumbawa yang mencerminkan keceriaan mata rame
Remban datang masa mata
Suar seme tentan rangap
Tukamata mata rame
Suar seme tentan rangap
Tukamata mata rame
Barungan rame tumata
Lalo ngayo ete siru
Kamata rame ramie
Masa nan mo tugita
Tu taruna ke dadara
Maras lawas saleng sier
Di kecamatan labangka sendiri adat mata rame masih sering diterapkan oleh penduduk setempat, bukan hanya saat proses panen padi, adat mata rame berlaku juga saat panen hasil pertanian lainnya, seperti panen jagung, panen kacang hijau, dll.
Mama ku Kartini ku |
Semoga adat mata rame ini tetap dilakukan agar hubungan sosial dan kekeluargaan tetap terjaga, apa lagi dengan penduduk labangka yang bervariasi, dengan adanya adat mata rame ini semakin mempererat hubungan tali silahturrahmi.
Kehidupan yang harmonis, saling tolong – menolong , saling menghargai dan menghormati merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap manusia.
Mari kita sama – sama wujudkan kehidupan yang harmonis, bukan hanya untuk saat panen saja, tetapi disetiap kegiatan, karena manusia adalah mahluk sosial, tidak bisa berdiri sendiri.
Dan bukan hanya untuk sumbawa saja, tetapi berlaku untuk kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar